Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani - Persyarikatan Muhammadiyah

Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani
.: Home > Artikel

Homepage

Mars IPM, Refleksi atas Harmonisasi Nada

.: Home > Artikel > Majelis
04 Juni 2020 17:47 WIB
Dibaca: 1409
Penulis : Izzan Faruqy Azzahir

Mars Ikatan Pelajar Muhammadiyah Bersatu... - PR IPM SMP ...

sumber: facebook

 

Mars IPM, sudah tak asing lagi diperdengarkan setiap acara IPM, mulai dari Pimpinan Ranting sampai Pimpinan Pusat selalu menyanyikan lagu kebanggaan bersama yang sudah menjadi bagian dari rangkaian acara. Mulai dari ceremonial events sampai regeneration cadre events (pengkaderan-pengkaderan), Mars IPM disenandungkan dengan begitu indahnya. Tetapi, apakah nada-nada itu telah kita refleksikan bersama? Jika belum, sudah sepatutnya kita menjajaki Mars IPM lirik per lirik untuk bisa dijadikan bahan refleksi bersama. Mars IPM, diciptakan oleh Rakanda M. Izzul Muslimin, Ketua Umum PP IRM tahun 1996-1998. Pastinya, beliau sangat berharap Mars IPM yang diciptakannya dapat direfleksikan dengan baik dan benar.

 

 

Bersatu, Berpadu, Menjalin Ukhuwah Di Dalam IPM

 

Nah, apakah selama ini kita sudah menjadi kader yang mampu untuk membuka ruang kolaborasi? Apakah kita selama ini sudah menjadi kader yang mampu membuka dimensi afiliasi? Atau, kita hanya fokus membuka ruang pemikiran negasi? Atau, kita selalu fokus menjadi kader individualis yang memburu kompetisi simbolis?

 

Pada dasarnya, kita itu adalah homo socius, makhluk yang sangat membutuhkan ruang sosial untuk melangsungkan aktivitas interaksi dengan manusia lain. Salah satu interaksi yang kita butuhkan itu adalah kolaborasi dan afiliasi dengan orang lain. Kedua aktivitas ini merupakan salah satu bagian dari soft-skill yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi bonus demografi pada tahun 2045 yang menjadi puncak kurvanya. Ketika kita memiliki ide atau gagasan yang dinilai sangat brilliant, tetapi kita tak memiliki kawan untuk dijadikan mitra bekerja. Semua ide atau gagasan itu niscaya tak akan pernah terwujud, if we always close our mind. Even it realized, we need a long time to realize it.

 

Prinsip kolaborasi dan afilisasi itu dijelaskan dengan perspektif islam dalam konsep ukhuwah. Senada dengan Qs. Ali-Imran : 103 yang memegang prinsip persatuan dan perpaduan antara satu individu dengan individu lain demi mewujudkan tujuan yang sama. Dalam prinsip ukhuwah, semua individu berhak untuk maju bersama, bukan hanya seorang atau sekelompok saja yang dimajukkan. Saling mendukung dengan menciptakan box of support system yang merangkul banyak orang untuk bisa menjadi individu yang berkemajuan.

 

 

Terampil, Berilmu, Berakhlak Mulia

 

Pada masa digital ini, sudah menjadi tuntutan sekaligus tantangan untuk senantiasa bisa menjadi individu yang terampil dalam mempersiapkan prospek kehidupan kedepan. Tetapi, bentuk keterampilan seperti apa yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi kompetisi global sekarang ini? Apakah terus mengadopsi pemikiran para nenek moyang yang terkesan sangat konservatif? Atau menciptakan pemikiran baru yang bersifat kreatif dan inovatif? Kita sudah tahu, apa yang menjadi jawabannya. Sekarang, kita tinggal melakukan sinkorinisasi gagasan dengan zaman yang terjadi. Berarti, segala macam ide atau gagasan harus dikemas mengikuti arus zaman digital seperti sekarang ini.

 

Keterampilan yang harus dibarengi dengan penguasaan IPTEK menjadi sebuah tantangan bagi kita semua. Bagaimana kita harus melakukan tindakan-tindakan preventif dalam menghadapi kompetisi global nanti. Dengan adanya pandemic Covid-19 ini, kita umat manusia dituntut untuk bisa menyelesaikan tugas atau pekerjaan melalui dunia digital. Sebelum pandemic ini terjadi, kita masih biasa melakukan physical meeting dan ketika masa pandemic terjadi kita beralih melakukan online meeting. Mulai dari rapat-rapat, diskusi atau sharing, seminar (webinar) dll. Semua itu mau tidak mau harus dilaksanakan secara daring. Inilah realitas yang akan kita hadapi kedepannya, dunia akan berubah menjadi dimensi digital yang mengefisiensikan segala hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan.

 

Paling terpenting adalah attitude yang harus kita junjung bersama. Nihil rasanya ketika IPTEK sudah kita kuasai, namun budi pekerti selalu jadi hal yang abai. Hal ini relevan dengan perkataan Imam Al-Ghazali yang berpendapat bahwa seseorang itu harus berakhlak dulu sebelum berilmu. Why? Because, if we have the great attitude, we know to use our knowledge well.

 

 

Pelopor dan Pelangsung Penyempurna Amanah

 

Dalam menghadapi dunia digital ini, sudah sepatutnya kita sebagai seorang individu yang harus bisa menjadi inisiator sekaligus promotor pergerakan umat. Hal yang sangat tidak elok, ketika kita hanya menjadi “penonton bayaran” yang melihat keberlangsungan kompetisi global yang sudah berjalan. Kita, sebagai bagian dari Muhammadiyah harus bisa melangsungkan perjuangan yang sudah dirintis sejak 18 November 1912 bahkan jauh sebelum berdiri secara formal. Jangan sampai, segala hal yang sudah dilakukan oleh para pendahulu kita menjadi hal yang sia-sia, tak terbalaskan sepatah katapun. Inilah emban amanah yang harus senantiasa kita panggul bersama.

 

Sudah banyak pemuda-pemuda yang menjadi insiator sekaligus promotor pergerakan umat. Dengan menciptakan platform-platform sektoral berbasis dunia digital. Mulai dari sektor Pendidikan, budaya, ekonomi, sosial, politik dan masih banyak lagi. Dan perlu kita perhatikan, jangan sampai gelar inisiator dan promotor itu ternodai dengan mencampur-adukkan antara kebenaran dan keburukan. Berdalih, akan selalu membawa kebenaran tetapi nyatanya menyelipkan keburukan secara implisit. Tak kalah pentingnya, kita juga dituntut untuk bisa menyempurnakan pergerakan umat yang dinilai masih harus dikembangkan.

 

 

Berjuang Dengan Sekuat Tenaga, Tegakkan Islam yang Utama

 

Dalam mewujudkan mimpi-mimpi bersama, perjuangan umat sudah harus menjadi hal yang wajib diperjuangkan. Bukan hanya sebagai wacana yang menjadi rancangan belaka, tetapi mimpi-mimpi itu harus senantiasa bisa terwujudkan dengan prinsip berdinamika. Tak peduli berapa banyak darah yang mengalir deras, yang terpenting tujuan bersama terwujud tanpa berharap sedikitpun upah.

 

Nilai-nilai islam yang tak boleh dinomor duakan, harus senantiasa menjadi prinsip utama bergerak bersamaan. Dengan cita-cita luhur Muhammadiyah, mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Menjadi parameter perjuangan yang tak memiliki ujung dari proses pencarian. Terus mencari cara dalam mewujudkan islam berkemajuan.

 

Menjadi Kader yang Siap Sedia, Untuk Umat dan Bangsa

 

Sebagai pembelajar, kita harus siap sedia ditempatkan dimana saja. Karena, pada dasarnya manusia memiliki segala hal keterampilan yang diberikan oleh Allah SWT. Tinggal kitanya saja, bagaimana bisa mengasah keterampilan tersebut. Ketika umat memanggil, kita harus siap sedia dengan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang diemban. Ketika bangsa memanggil, kita harus siap sedia dengan prinsip hizbul wathan membela tanah air sampai titik penghabisan.

 

 

Berdiri, Tegaklah Tampilan Di Muka Ikrarkan Bersama IPM Berjaya!

 

Hal yang tak kalah penting dari yang lainnya, sudahkah kita berusaha untuk membuat perjuangan umat tegak berdiri setinggi-tingginya? Ataukah hanya menegakkan seadanya saja? Akan terlihat berbeda, mana kader yang sebenarnya dan mana kader yang bersandiwara. Karena, bendera tak akan elok dilihat, tatkala belum nampak pada puncak. Jika hanya dikibarkan setengah saja, bendera tak akan pernah berkibar dengan gagahnya. Pada akhirnya, ikrar akan dipertanggungjawabkan. Sumpah serapah akan menjadi saksi bisu atas perlakuan.

 

 

Izzan Faruqy Azzahir

Penulis adalah Sekretaris Lembaga Bahasa PR IPM DARUL ARQAM PUTRA

 

sumber: ipm.or.id


Tags: MarsIPM , RefleksiatasHarmonisasiNada , IkatanbPelajarMuhammadiyah

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website